(Harapan) kalau kamu mau,,, bacakan aku sebait puisi yang membuat hati ini menari atau ceritakan dongeng harapan tentang Tahta ini sebagai abimantrana bawakan aku secangkir air bening sekedar sirami abipraya ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, duduk bersila seperti dewa petapa tapi tak melihat dimana permata jika warna pelangi adalah kasta abirupa mengapa jiwa masih terbungkus abilasa kutanam benih bersama lumpur, entah mati entah bersemi benih tertanam dan yang terlihat hanya lumpur tapi aku sudah menanam. (Kenyataan) saat hujan menebar cinta maka hati siapa yang mampu menghindar tuk tidak menuai rindu saat rindu terbelenggu dalam sesaknya dada resah mengoyak batas logika maka siapa yang mampu menahan titik embun di kelopak mata saat rindu membeku dingin menusuk jiwa maka siapa yang mampu membuatnya cair sebelum ia menggumpal jadi hati saat hujan menebar cinta rindu adalah pendatang maka siapakah yang mampu menyadari dikehendaki atau tidak bahwa setiap yang datang akan pergi,,,
(serasa terkunci diantara keramaian) di dalam sini gelap dan pengap tanah dan dindingnya lembab dingin sepi dan asing jangankan tuk meronta teriakpun tak bisa
di luar sana terdengar indah obrolan bunga dan kumbang di taman mentari yang bercanda dengan pelangi deburan ombak yang melempar buih
kicauan burung dengan suara terindahnya tarian dedauan yang digoda sang bayu lagu lagu pujian tentang cinta tentang Tuhan tentang kemurnian tentang kesempurnaan tentang...entah.........
terkunci dari dalam, tanpa makanan tanpa selimut tanpa musik tanpa matahari menggigil dan gigit jari,
(Ingin Lepas) sepi tersisih terhimpit sesak rasa asing di pelataran pesta tersudut di sisi hati
hampa menindih gundah mendera merintih tercabik sukma merana
meringkuk dalam sesak ada tiada tiada ada,,,,,, pecah buyar asa dilumat kecewa,,
ada cinta kecewa ada Sang Rahwana semena mena,,,,, lepaslah,,lepas hati bebas terlepas,,, bernyanyilah riang disetiap nafas
(Teringat Janji Kembali) sesekali berasap sesekali berkabut sesekali pelankan terus melangkah selagi jalan membentang bermain di dua alam seperti menumpukan dua kaki di dua perahu diatas ayunan gelombang menggapai harapan berpangku tangan seperti melihat nasi tak mungkin kenyang menanti janji yang tak terucapkan lelah letih adalah bagian saat janji ditunaikan pedih perih adalah kebahagiaan Matt Gahel Somamura |
0 komentar:
Posting Komentar